7 | Akar-akar Aksi / Tindakan

Dalam situasi apapun, iman ataukah ketidakpercayaan akan menentukan tindakan yang saya ambil.

DUA KELOMPOK

Bacalah Bilangan pasal 13 dan 14.

Dalam pasal-pasal ini kita membaca peristiwa tentang Musa yang menyuruh dua belas orang pengintai ke dalam tanah yang dijanjikan untuk membawa balik suatu laporan agar mereka dapat memasuki serta memiliki tanah pusaka mereka itu yang telah dijanjikan oleh TUHAN. Ketika keduabelas pengintai kembali lagi untuk memberikan laporan kepada bangsanya, mereka berbeda dalam hal pernyataan yang disampaikan. Sepuluh menyatakan ketidakpercayaan sedangkan yang dua, Yosua dan Kaleb, menyatakan iman. Segenap sikap suatu bangsa, suatu kota, suatu keluarga, atau seseorang pribadi tergantung pada cara bagaimana kita “melihat” suasana dan peristiwa kehidupan ini. Akar-akar tindakan kita didasarkan pada kenyataan apakah kita memandang suatu situasi melalui mata iman dan pengadaan oleh Allah, atau melalui mata ketidakpercayaan dan keterbatasan manusia.

Marilah kita selidiki kedua kelompok pengintai itu. Semua para pengintai telah menerima janji Allah, yaitu bahwa Allah akan menundukkan bangsa-bangsa di hadapan mereka dan memberikan tanah itu kepada mereka (baca Keluaran 13:5; 33:1,2) tetapi kedua kelompok itu bereaksi tidak sama:

10 PENGINTAI

Dalam jangkauan panca-indera mereka, mereka percaya apa yang dilihat dan didengar lebih dari Firman Allah.

2 PENGINTAI

Melangkah keluar dari kenyataan panca-indera mereka dan meletakkan kepercayaan mereka secara total pada Firman Allah dan tidak terpengaruh dengan apa yang dilihat dan didengar mereka.

Percaya bagaimana perasaan mereka dalam situasi itu – KETAKUTAN

Mengesampingkan emosi mereka dan mempercayai kuasa Allah dalam situasi itu – IMAN.

Pengalaman mereka yang lalu tidak termasuk memerangi raksasa-raksasa seperti ini, maka mereka tidak siap melangkah keluar memasuki suatu pengalaman baru dalam mana kuasa Allah sanggup meneguhkan janji-Nya.

Melangkah keluar dari pengalaman mereka yang lalu dan menempatkan keyakinan mutlak mereka pada Tuhan.

Mereka tidak bersedia bergerak melampaui kesanggupan mereka yang terdahulu di dalam peperangan.

Meningkatkan kesanggupan lampau mereka dengan jalan percaya bahwa Allah akan menyertai mereka.

Tidak ada pengabdian total kepada kehendak Allah. Mereka tidak bersedia memberikan hidup mereka demi maksud-tujuan Allah.

Mengabdi secara total kepada panggilan dan kehendak Allah dan siap memberikan hidup mereka demi itu.

Mereka meletakkan ketergantungan mereka pada kemampuan mereka sendiri, dan karenanya melihat kekurangan mereka.

Menyadari kekurangan mereka sendiri, tetapi tidak meletakkan kepercayaan mereka pada diri sendiri melainkan pada Tuhan.

MENGAPA IMAN BEGITU PENTING?

1. ORANG TIDAK DAPAT DISELAMATIKAN TANPA IMAN (Baca Efesus 2:8).

2. ORANG TIDAK DAPAT BERKENAN KEPADA ALLAH TANPA IMAN (Baca Ibrani 11:6)

Allah telah menempatkan prioritas yang sedemikian pada iman karena dalam perjalanan hidup kita iman mewakili ketergantungan total kita kepada Dia. Itulah sebabnya mengapa Tuhan mengatakan bahwa tidak mungkin orang berkenan kepada Allah tanpa iman. Pada waktu Adam jatuh dalam dosa di Taman Eden (Kejadian 3), ia melangkah keluar dari ketergantungan kepada Allah kepada ketidaktergantungan, dari kesadaran akan Allah kepada kesadaran akan diri. Pusat kehidupan manusia menjadi diri sendiri dan bukannya Allah. Maka Allah telah merancang kehidupan iman sebagai jalan keluar dari ketidaktergantungan kembali kepada kepercayaan total kepada Dia.

IMAN SEJATI MELIBATKAN APA?

Sementara kita belajar dari hari ke hari untuk mempercayai Allah serta berkenan kepada-Nya, ada sejumlah aspek kehidupan kita yang terlibat di dalam proses menyatakan iman.

1. PIKIRAN KITA DIBERITAHU.

Roma 10:17 . . . “Jadi, iman timbul dari pendengaran dan pendengaran oleh firman Kristus.”

Camkan: Suatu pikiran yang sudah diberitahu saja tidak akan menjamin suatu ekspresi iman yang sejati (Yakobus 2:19).

2. EMOSI KITA DIGERAKKAN.

Dalam pertobatan seseorang mengalami emosi “dukacita menurut kehendak Allah” (2 Korintus 7:10). Ini dapat dimengerti, karena pertobatan harus berurusan dengan dosa yang telah mengingkarkan kita dari Allah serta mendatangkan kerusakan dahsyat ke dalam kehidupan kita. Dalam iman kita mengalami “sukacita” dan “kegembiraan”. Ini memang layak, karena melalui iman kita memasuki berkat-berkat melimpah dari keselamatan yang dari Allah (Baca Kisah 2:41; 8:8; Filipi 1:25; 1 Tesalonika 1:6 dan 1 Petrus 1:8).

Camkan: Suatu pikiran yang sudah diberitahu dan emosi yang sudah digerakkan tidak akan menjamin iman yang sejati (Baca Matius 13:20,21).

3. KEHENDAK KITA DIABDIKAN (Baca Roma 1:5; 16:25-26).

Camkan: Iman mengandung ketiga aspek utama ini, dan bila salah satu hilang maka iman yang sejati tidak dapat diekspresikan. Maka perlulah kita mengerti bahwa Allah telah berjanji (pikiran kita diberitahu), dan hendaknya digerakkan tentang itu (emosi kita digerakkan), lalu bertindaklah berdasarkan itu (kehendak kita diabdikan). Iman mempersekutukan kita dengan Allah, dan merupakan keyakinan bahwa perkara-perkara yang dijanjikan Allah adalah benar kendatipun kenyataannya kita belum melihatnya terjadi (Ibrani 11:1).

Akar-akar tindakan kita haruslah berada dalam kelompok dua orang pengintai (IMAN), dan bukan dalam kelompok 10 orang pengintai (KETIDAKPERCAYAAN).

MENGHAYATI SENDIRI

1. Berdasarkan apa ke-10 pengintai itu melakukan tindakan mereka?

2. Berdasarkan apa ke-2 pengintai itu melakukan tindakan mereka?

3. Tiga aspek apakah yang terlibat dalam iman yang sejati?

4. Jelaskan dua cara apa untuk “melihat” suasana dan peristiwa kehidupan kita?


Uraikan dengan perkataan anda sendiri bagaimana kebenaran pelajaran ini akan membawa arti besar dalam hidup anda.

AYAT-AYAT ALKITAB LAINNYA YANG BERHUBUNGAN DENGAN PELAJARAN INI

Markus 16:16, Lukas 8:12, Yohanes 12:38, Kisah 4:4, Kisah 8:2, Kisah 24:14, Roma 1:1, Roma 15:18, 1 Korintus 1:21, Kolose 1:21-23, Filemon 6, Ibrani 4:2, Ibrani 11:1,3, Ibrani 12:12, 1 Petrus 1:7, 1 Yohanes 5:4, Yudas 20